Jembatan adalah salah satu
infrastruktur wajib yg menunjang kelancaran kinerja sarana dan prasarana
transportasi darat. keberadaannya menjadi penentu bisa maupun tidaknnya suatu
ruas jalan untuk dilalui, tentunya apabila jalan tersebut harus melintasi suatu
rintangan (sungai, lembah, jurang, atau jalan lain)
Jembatan rangka baja adalah salah satu jenis jembatan
yang paling umum digunakan. Jembatan rangka baja dipilih karena strukturnya yang
sederhana tetapi kaku, sehingga aman dan mudah dalam hal pembangunan dan
pemeliharaannya. Jembatan rangka baja sudah bisa digunakan pada bentang
diatas 40 meter.
Seperti halnya jembatan lain,
jembatan rangka baja tersusun dari komponen komponen yang dikelompokkan menjadi
2 bagian yaitu; bangunan atas dan bangunan bawah. Bangunan bawah yang terdiri
dari pondasi, abutmen berfungsi menyangga bangunan atas jembatan yang terdiri
dari rangka jembatan, plat lantai, dalam menahan beban hidup lalu lintas dan
beban sendiri nya. Secara simultan beban beban jembatan yang diterima oleh plat
lantai didistribusikan dalam bentuk beban vertikal (mayoritas) melalui kekakuan
rangka jembatan ke tumpuan jembatan pada abutmen. tumpuan tersebut berjumlah 4
buah, dua buah pada masing-masing abutment, kedua titik beban tumpuan tersebut diteruskan
kepondasi jembatan yang sebelumnya juga telah menerima beban sendiri abutmen
yang besar.
Pondasi tiang pancang sebenarnya
dan seharusnya menjadi pilihan kedua sebagai
pondasi jembatan, hal ini dikarenakan mahalnya biaya bahan dan pelaksanaan
pondasi tiang pancang. Akan tetapi apabila jembatan berada ditanah lunak (dan
biasanya tanah ditepi sungai adalah lunak) maka pilihannya adalah pondasi tiang
pancang.
Bicara tentang tiang pancang,
selain kedalaman, bahan, dan diameternya, tentu kita akan membicarakan
konfigurasinya, biasanya jumlah tiang pancang didapatkan dari perhitungan beban
ultimate jembatan dibagi daya dukung izin satu buah tiang pancang, masalah
jaraknya, ya tinggal diatur sejauh 1.5 - 3.5 kali diameter tiang pancang yang
kemudian menjadi faktor reduksi kelompok tiang pancang tersebut. Sebenarnya
sampai ini pun cukup. Akan tetapi pada sebagian orang juga ada yang
pempertanyakan formasi tiang pancang, apakah sudah tepat membagi jarak tiang
pancang secara merata dibawah abutmen sementara beban rangka dan beban
lalulintas diterima abutmen melalui beban terpusat yang hanya 2 titik saja,
itupun berada di ujung abutmen.
Hal ini menjadi alasan beberapa
engineer melakukan optimasi sendiri-sendiri dalam rangka mencari suatu nilai
efisiensi akibat posisi beban dan bentuk abutmen itu sendiri.
Pada kesempatan kali ini, kita akan
coba mengamati lebih jauh seberapa efisien langkah langkah yang pernah diambil
oleh para senior kita tersebut, sebelumnya akan saya coba paparkan konfigurasi
secara umum yang pernah dibuat pada gambar dibawah ini
Konfigurasi
1 (jarak merata sepanjang abutmen)
Konfigurasi
2 (berkelompok pada tepi abutmen)
Langsung
saja kita lakukan permodelan untuk Konfigurasi 1 dan Konfigurasi 2 pada gambar
dibawah ini.
Model
abutmen jembatan
Abutmen
dengan lebar 3.6 meter, panjang 12.3 meter, dan tinggi 3.35 meter memiliki
bobot sendiri sekitar 200 ton dibebankan pada sebidang tanah. Maka pada
permukaan tanah yang berada tepat dibawah abutmen mengalami penurunan seperti
pada gambar berikut.
Tanpa
tiang pancang, Tanpa beban rangka baja
Dapat
dilihat pada gambar diatas, penurunan terbesar terjadi pada bagian tengah
jembatan.
Kemudian
tempat tumpuan rangka jembatan diberikan beban 100 ton atau setara dengan beban
ultimate jembatan rangka baja bentang 50 meter, maka penurunannya menjadi
seperti pada gambar berikut.
Tanpa
tiang pancang, Dengan beban rangka baja 100 ton
Setelah
membandingkan keduanya, terlihat perilaku yang sangat berbeda dengan besaran
penurunan yang sangat berbeda pula, saat ini terlihat bahwa pada abutmen yang
terbebani, ternyata pondasi tiang pancang sangat dibutuhkan pada hanya area
tepi, tetapi untuk lebih memastikan kembali, ada baiknya kita coba lanjutkan
permodelan dengan tiang pancang.
Kelompok
tiang pancang, Tanpa beban rangka baja
Kelompok
tiang pancang, Dengan beban rangka baja 100 ton
Tiang
pancang merata, Dengan beban rangka baja 100 ton
Tabel
perbandingan penurunan yang terjadi pada masing masing konfigurasi tiang
pancang
Dapat dilihat pada tabel diatas, ternyata pondasi tiang pancang cukup besar menahan penurunan, sedangkan untuk konfigurasinya, konfigurasi tiang pancang berkelompok memberikan efek perbedaan penurunan yang lebih besar dari pada konfigurasi tiang pancang jarang merata, sehingga pilihan tiang pancang kelompok seharusnya dapat dihindari untuk mengurangi resiko kerusakan pada dasar abutmen, pada konfigurasi tiang pancang merata, masih terdapat perbedaan penurunan walaupun tidak terlalu besar, hal ini dikaji lebih dalam lagi pada sesi berikut... semoga bermanfaat, terima kasih...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar