Pada
pengamatan model abutmen sebelumnya telah ditarik kesimpulan pada perbedaan
komposisi/formasi tiang pancang. Dimana komposisi tiang pancang dengan jarak
antar tiang merata lah yang paling efisien dalam menahan penurunan(daya dukung)
sekaligus mengurangi perbedaan penurunan pada semua area dibawah abutmen
seperti dapat dilihat kembali pada grafik berikut.
Tabel
perbandingan penurunan yang terjadi pada masing masing konfigurasi tiang
pancang
Dengan
Komposisi Komposisi berikut.
Konfigurasi
1 (jarak merata sepanjang abutmen)
Konfigurasi
2 (berkelompok pada tepi abutmen)
Melanjutkan
pengamatan model tersebut diatas, kali ini kita akan coba bermain-main lebih
banyak lagi pada jenis Komposisi dan beban rangkanya. Yup, kita lihat saja
tabel berikut.
Tabel
Konfigurasi (jarak antar tiang pancang arah memanjang)
Dimana:
A,
B dan C = Jarak antar tiang pancang arah
memanjang
nA,
nB dan nC = Perbandingan jarak antar tiang pancang
arah
memanjang
posisi
A, B dan C dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar keterangan posisi variabel A, B dan C
Yang
mana perbandingan jarak yang dimaksud pada tabel diatas artinya pada Komposisi
1, perbandingan jarak antar tiang pancang arah memanjang adalah 1:3:5:3:1
dimana tiang pancang akan sedikit merapat pada area tepi tetapi tidak
menghilangkan tiang pancang pada area tengah.
Selain
pada Komposisinya, kita juga akan melakukan pengamatan pada perbedaan beban
rangka jembatannya untuk masing-masing Konfigurasi seperti pada tabel berikut.
Tabel
variasi beban pada abutmen diasumsikan berdasarkan bentang jembatan
Kemudian
pada titik diantara tiang pancang seperti yang lokasnya ditunjungkan pada
gambar dibawah ini, ditempatkan sensor-sensor yang dapat menbaca jarak
penurunan setelah dilakukan pembebanan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
jumlah dan selisih penurunan pada area-area dibawah abutmen yang kemudian
dibandingkan pada masing-masing Komposisi serta masing-masing bebannya.
Gambar lokasi sensor pembaca penurunan
Running…...............................................................
Done!!!
Yup setelah lama menunggu hasil perhitungan finite element nya, didapatkan hasil yang kemudian saya grafikkan seperti pada gambar-gambar berikut.
Grafik penurunan Konfigurasi 1 (perbandingan jarak tiang pancang arah memanjang 1:3:5:3:1)
Grafik penurunan Konfigurasi 2 (perbandingan jarak tiang pancang arah memanjang 1:2:3:2:1)
Grafik penurunan Konfigurasi 3 (perbandingan jarak tiang pancang arah memanjang 3:4:5:4:3)
Grafik penurunan Konfigurasi 4 (perbandingan jarak tiang pancang arah memanjang 5:6:7:6:5)
Grafik penurunan Konfigurasi 5 (perbandingan jarak tiang pancang arah memanjang 7:8:9:8:7)
Grafik penurunan Konfigurasi 6 (perbandingan jarak tiang pancang arah memanjang 9:10:11:10:9)
Grafik penurunan Konfigurasi 7 (perbandingan jarak tiang pancang arah memanjang 1:1:1:1:1)
Dapat
dilihat pada grafik-grafik diatas, pada Konfigurasi 2 (perbandingan
1:2:3:2:1), penurunan lebih merata dibandingkan dengan konfigurasi yang lain, sedangkan pada Konfigurasi 1 (perbandingan 1:3:5:3:1) abutmen lebih menurun diarea tengah, hal ini dikarenakan pengaruh beban merata tidak dapat terakomodir dengan baik oleh formasi tiang pancang, sedangkan beban terpusat dari rangka yang berada diarea tepi terlalu ringan untuk ditahan oleh formasi tiang pancang dibawahnya. Sedangkan pada Konfigurasi 3 (perbandingan 3:4:5:4:3), formasi tiang pancang cukup baik menahan beban merata akibat berat sendiri abutmen, tetapi kurang mampu menahan beban terpusat akibat beban rangka jembatan area tepi. Hal ini kembali terjadi pada Konfigurasi 4,5,6 dan 7 dimana tren perubahan jarang pada Konfigurasi 4 sampai 6 adalah semakin merata dan Konfigurasi 7 tentunya adalah konfigurasi dengan jarak tiang pancang sama rata pada arah memanjang.
Demikian percobaan permodelan ini saya buat semoga bermanfaat, dimohon saran dan kritiknya agar saya bisa lebih baik lagi. Terima kasih, semoga bermanfaat...
Hendra Pranata, Endang S. Utami